Langsung ke konten utama

keluh

  Dewasa ini aku belajar, bahwa kesunyian sangatlah keras. Memekakkan, mungkin ayahku menghabiskan seumur hidupnya untuk menghindari kesunyian. Saat berada dikesunyian, aku sulit untuk sadar dan tenang. Dalam kesenyapan dinihari, menempuh lampu yang lelap terlena. Dalam pelukan cahaya purnama, dalam pertarungan hidup yang sengit.   Entah dititik mana semua terlihat sempurna, di tempat mana hati hening dan menikmatinya. Diujung jalan mana semua akan terasa begitu sederhana, hari-hari yang sulit, malam-malam yang rumit. Aku berjalan sendiri, tunduk akan takdir, aku menerima semuanya dengan senang hati, pasrah, lelah, berusaha untuk tidak putus asa. Aku manusia lemah, perjalanan yang jauh, tangisan yang sesak, dalam sunyi semuanya terdengar jelas. Waktu yang cepat berlalu, semua terasa menua, berbeda dan berubah. Ya... dunia tetap berlanjut, semesta terus menari, hari-hari akan berlalu seperti biasanya. Hanya perasaan dan kenangan yang tersisa, entah perasaan itu ...

Strategi Negara dalam Negara


 

Strategi dalam Negara

Strategi : Negara dalam Negara Tahun 1926-27 Sukarno tampil untuk menjadi pemimpin politik . Pekerjaan sebagai asisten di THS di tolaknya . Sukarno malahan mendirikan PNI ( Partai Nasional Indonesia ) sebagai jawaban bagi tawaran kerjasama dari pihak Belanda ini . Pada waktu itu pergerakan Indonesia dalam keadaan yang sangat suram .

Sejak bangkitnya pergerakan kira - kira tiga puluh tahun yang lalu perpecahan di dalam dan tekanan dari luar telah merusaknya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia , sukuisme , agama - agama , aliran - aliran isme - ismenya serta konflik - konflik sosial menggoncangkan pergerakan ini .

Namun dari semuanya juga dapat ditarik satu pelajaran bahwa rakyat dapat menghilangkan apatismenya untuk ikut serta bergerak . Sarekat Islam membuktikannya . Dalam waktu singkat Sarekat Islam dapat menarik ratusan ribu anggota - anggota yang penuh semangat .

Sayangnya partai dengan penganut massal yang pertama di Indonesia ini dalam keadaan sangat merosot pada tahun 1927. Tujuan - tujuan Sarekat Islam ini tidak terlalu jelas .

Baru kemudian umpamanya Sarekat Islam menolak kerjasama dengan Belanda , dan menentang kapitalisme . Kritik terhadap kapitalisme didasarkan atas agama dan bukan karena struktur sosial.

Kalangan pimpinan SI misalnya mengatakan bahwa a agama Islam menghalalkan bunga dan bukankah sifat pokok kapitalisme adalah penganakan modal atau pemetikan bunga .

Jadi Islam menentang kapitalisme dan para pemimpin SI menelorkan istilah " kapitalisme yang berdosa ". Akan tetapi mengenai struktur dan akibat - akibat buruk kapitalisme sendiri pimpinan SI tidak mengeluarkan suara.

Penghalalan kapitalisme oleh agama tidak akan merubah keadaan . Dalam keadaan demikian dengan mudah pengaruh pimpinannyah radikal , dan lebih mempunyai pikiran - pikiran sosial.

Sarekat Islam pecah menjadi Sarekat Hijau dan Sarekat Merah yang kemudian tumbuh menjadi PKI . PKI mengorganisir pemberontakan 1926 terhadap Belanda akan tetapi pemberontakan ini gagal .

Pemerintah Belanda menunjukkan tangan besi untuk menghancurkan PKI serta melarangnya . Ratusan orang dibuang ke Digul di Irian Jaya . Sejarah masa - masa terakhir tersebut meninggalkan dua kesan yang kuat membekas pada Sukarno .

Daya tarik Islam dan kemampuan PKI untuk mengorganisir pemberontakan pertama dalam skala nasional . Pada tahun 1926 Sukarno menerbitkan tulisan pertamanya yang matang dalam Indonesia Muda : " Nasionalisme , Islam dan Marxisme . "

Pikiran pokok di sini adalah nasionalismenya . Dengan cermat dia melihat bahwa suatu ide nasionalisme yang lebih dipertajam dengan tujuan - tujuan yang jelas akan dapat diterima semua dalam keadaan pergerakan pada waktu itu dan dengan itu mengorganisir kembali pergerakan .

 

Tulisannya terutama ditujukan kepada elite pergerakan dan bukan kepada rakyat. Tercantum dalam konsepsi Sukarno seruan kepada para cendekiawan dan orang orang Indonesia yang berpendidikan karena rakyat yang buta huruf . " Golongan - golongan mereka biasanya memiliki kecurigaan terhadap konservatif , " katanya , menganggap rakyat kecil puas dengan nasibnya , puas dengan menonton peristiwa - peristiwa sejarah dan hanya mengabdi pada tuan - tuannya .

Kepuasan ini menurut Sukarno telah hilang dan bersama itu hilang pula kepercayaan rakyat kepada para penguasa . Rakyat tidak lagi menerima begitu saja pembagian masyarakat antara kaya dan miskin seperti dalam keadaan masyarakat tradisional .

Pada kesempatan lain Sukarno masih akan menulis dan kita sendiri masih ingat pada ucapan - ucapannya di kemudian injak . " hari : " cacingpun bisa bangkit , bila diinjak Sukarno dalam tulisannya tadi mencoba meyakinkan golongan - golongan Islam dan nasionalis untuk tidak Marxis - phobi . " Saya bukan orang komunis , saya tidak memihak ! Saya hanya menghendaki kesatuan , kesatuan Indonesia dan persaudaraan di antara berbagai gerakan . " Persatuan ini akan merupakan jembatan emas yang mengantar ke pintu

Namun dasar bahwa Sukarno merasa Marxisme , adalah esensial dalam perjuangan mungkin terletak pada pertumbuhan intelektual Sukarno sendiri yang demikian dipengaruhi oleh Marxisme .

Nasionalisme maupun Islam dirasakan sebagai paham - paham yang kurang tajam untuk menganalisa Marxisnya pada fenomena imperialisme dan tidak sampai ke masyarakat Indonesia . Justru sebaliknya menurut penilaian R. McVey , Sukarno melihat rakyat ini sebagai suatu kelompok yang tidak terbagi - bagi dalam kelas tetapi sebagai suatu massa yang tak berbeda - beda . Aliran serta isme - ismelah yang membagi masyarakat dan bukan kedudukan sosial - ekonomi .

Persatuan yang ingin dicapai nya ini adalah melalui pemimpin - pemimpinya . Dalam hal ini Sukarno rupanya dipengaruhi oleh perkembangan analisa para sarjana pada waktu itu mengenai masyarakat Indonesia , di mana masyarakat terbagi dalam golongan elite ( priyayi ) dan rakyat kecil ( wong cilik ) , yang memang juga merupakan pandangan tradisional .

Sukarno berbeda dengan Lenin tokoh revolusioner zaman Sukarno muda yang mencapai tujuannya melalui disiplin sebagian masyarakat yaitu golongan proletar . Sukarno pada gilirannya ingin mencapai revolusi dengan konsepsi rakyat ini .

Sukarno justru melihat bahwa kaum proletar di Indonesia lemah . Tidak ada atau belum ada karena sistem eksploitasi Belanda yang terlalu banyak memeras dan memerlukan Indonesia sebagai tempat buruh murah .

Ini juga menyebabkan Sukarno dan kebanyakan pemimpin pergerakan nasional menolak taktik - taktik Gandhi di India , sebab kata mereka untuk melancarkan gerakan - gerakan pemboikot ekonomi kolonial diperlukan golongan menengah yang kuat yang ada di India tetapi tidak ada di Indonesia .

Tampilnya Sukarno dengan konsep nasionalismenya pada saat di mana pergerakan mendapat pukulan dan hambatan dan di tengah - tengah kekacauan tujuan , membuka suatu babak baru dalam perkembangan nasionalisme Indonesia .

Fokus baru diberikan Sukarno bagi pergerakan dan bagi semua orang yang terlihat dalam politik atau sadar akan politik . Dengan aksi dan programnya Sukarno bertindak seolah - olah telah berdiri suatu negara di dalam negara kolonial .

Salah seorang pendengar pidato Sukarno mengatakan bahwa pada saat itu dia seperti percaya bahwa Indonesia telah merdeka . Dengan susah payah Sukarno akhirnya berhasil mendirikan PPPKI ( Permoefakatan Perhimpoenan - Perhimpoenan Politik Kebangsaan Indonesia ) di mana PNI mendapat peranan penting .

Tetapi tahun 1930 diadakan razia terhadap PNI dan Sukarno ditangkap . Di depan pengadilan , Sukarno lalu mengucapkan tuduhan klasiknya terhadap imperialisme . Sukarno kolonialisme baru dihukum dua tahun dan sekeluarnya dari penjara dia terjun lagi ke dalam kancah politik .

Pada tahun 30 - an ini di dalam penjara dan pembuangan Sukarno mendefinisikan konsepsi rakyatnya lebih lanjut dengan melahirkan Marhaenisme .

Pada suatu waktu Sukarno berjalan jalan di desa dan bertemu dengan seorang tani . Ketika ditanyakan siapa yang memiliki tanah yang sedang dikerjakan , sang petani menjawab , " Milik saya , " " Siapa yang memiliki pacul itu ? " milik saya , " katanya lagi , " Siapa yang memiliki alat - alat pertanian itu ? " " Milik saya " , jawab petani sekali lagi . Petani itu bernama Marhaen . Jelas , kata Sukarno , si petani tidak menjual tenaganya pada majikan sebagai seorang proletar . Si petani memiliki alat - alat produksi .

Panen adalah panennya sendiri . Akan tetapi petani Marhaen ini tetap miskin . Usahanya hanya sekedar untuk melangsungkan hidup dari harta miliknya . Rakyat Indonesia menurut Sukarno adalah jutaan Marhaen Marhaen seperti itu kalau bukannya sebagian terbesar berada dalam keadaan Marhaen .

Demikian juga para tukang besi , penjual di pasar , penjual sate / soto dan pedagang - pedagang kaki lima adalah Marhaen . Kemiskinan mereka ini adalah karena kolonialisme . Marhaen ini tidak akan berubah menjadi pelopor dan kekuatan revolusi kalau kesadaran mereka tidak dibangun . Yang menarik di sini adalah bahwa fokus Sukarno mengenai rakyat adalah sebenarnya " entrepreneur kecil " .

Persoalan hubungan hubungan di dalam masyarakat ini tidak dilihatnya . Sukarno mengabaikan golongan golongan seperti lurah , pamong desa , atau marhaen - marhaen yang mempunyai milik lebih besar ataupun tengkulak dan juragan juragan batik yang kaya .

Pun tidak dipersoalkan Sukarno jutaan rakyat yang tidak memiliki tanah tetapi kerja sebagai penggarap atau buruh - tani , karena mengemukakan hal - hal ini hanya akan berarti memecah belah . Di sini rupanya Sukarno mempersoalkan strategi pergerakan yang harus membangkitkan marhaen dengan memperhatikan nasib mereka juga .

Buruh tani dan lain - lain rupanya diperkirakan akan terlalu apatis untuk dapat menghadapi dunia luar . Namun bagi Sukarno yang menjadi pertimbangan utama untuk melancarkan konsepsi Marhaen adalah buat meyakinkan elite Indonesia yang terdidik untuk menghilangkan konsepsi - konsepsi tradisional kaum elite ini adalah seperti tercantum dalam kata - kata " rakyat bodoh" kampungan" orang dusun " dan seterusnya .

Ungkapan semacam ini demikian berlimpah baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa bahasa daerah . Konsepsi tradisional elite ini didobrak dan diganti dengan istilah Marhaen . Sebab proletar tidak cocok malahan akan lebih mengagetkan elite .

Terlepas dari masalah apakah itu strategis atau tidak , akan tetapi Sukarno bercita - cita untuk menunjukkan bahwa Marhaen adalah sebagian besar rakyat Indonesia . Dan , mereka juga mempunyai hak untuk hidup .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sadtember

  aku merayu tubuhku  agar patuh segera pulang kepada doa - doa panjang  aku merayu tuhan untuk tetap mengelus tulang - belulangku hingga patah sampai kembali ke tanah.  doa tengah malam jangan menjauh meski bohong bolong ompong tak ada yang lebih sialan dari hiruk - pikuk dunia selain hilangnya doa - doa dan keyakinan yang kabur entah ke mana. tubuh tabah menengadah untuk teriakan paling sunyi  aku menjadi rimpuh dan mandi air tubuhku  soal segala rimpang yang tak rampung - rampung hening membuat malam semakin basah tumpah ruah riuh  oleh doa - doa yang sakit yang tak bisa lebih panjang dari isak sudah  telan sajalah !  dunia sudah sialan ingin mengumpat tetapi takut doa ditolak. Rasanya seperti ingin menyerah saja.

Penyair bukan Penyiar

  Kata-kata lembut melunakkan hati yang lebih keras dari batu, kata-kata kasar mengeraskan hati yang lebih lembut dari sutra." – imam Al Ghazali Aku senang menulis baik itu dicatatan android, motivasi,puisi,nasehat, yang memang aku berikan untuk diriku sendiri. Tidak ada salahnya kalo catatan itu aku tuangkan diblog pribadi . ada kepuasan tersendiri jika tulisan ku mampu menusuk ke semua hati dan kepala yang membacanya . kata imam ghazali dalam tulisannya “jika kamu bukan anak raja dan anak ulama, maka menulislah “ Menulis bisa dimana saja, kapan kamu mau , dan apa yang saja yang kamu tulis.   Sedikit catatan dari keresahan dari aku kali ini. Penyair   bukan Penyiar . Penyiar kurang   percaya sama suara sendiri, bukan ga pd sih, itu hanya alasan ku saja. Penyair juga bukan, apa ya ? syaratnya jadi penyair , sulit bukan berarti tidak mungkin, siapapun bisa jadi apapun . Penting atau tidak.   menjadi tidak penting jika didasari oleh kesadaran bahwa menulis...

Literasi Psikologi

  Memaksakan diri menjadi baik. Sebagian orang mempunyai prinsip bahwa sumber kebahagiaan mereka adalah bersikap baik dan memberikan kesenangan kepada orang lain. Namun,kebanyakan ketika mereka ingin memberikan kesan yang terbaik akhirnya menjadi sebuah tuntutan,biasanya dalam dunia psikologi dikenal dengan  good girl syndrome . Sebuah keadaan justru merenggut kebahagiaan. Sebelum membahas lebih jauh,beberapa hari yang lalu saya membuka buku-buku psikolgi, Dulu saya pernah bediskusi dengan teman berasal dari jurusan psikologi. Diantara pembahasan yang manurutku menarik adalah  good girl syndrome . Ketika kecil dulu,sering kali kita dinasehati oleh orang tua,guru,atau orang yang lebih tua dari kita agar kita menjadi anak yang baik. Kebanyakan orang tua juga memiliki harapan yang sama terhadap anaknya, selalu disiplin, rajin, sopan santun, dan menghargai orang lain. Memang betul,tidak ada salah dengan hal ini, pada dasarnya semua orang tua pasti mengharapkan...