Kopi
hidup itu
seperti kopi. yang menyukai akan merasa nikmat, yang tidak menyukai akan
mengatakan pahit. tapi kopi tidak perlu berpura-pura manis.
Filosofi kopi tak henti-hentinya
dibahas. Para sufisme dahulu sangat menyukai kopi, erat pendekatannya dengan
manusia dan tuhan .
Manusia yang mecintai dirinya
sendiri lebih merasa cukup , mencoba menurunkan kecewa pada orang lain, tanpa
mengurangi rasa simpatinya dalam bersosialis . bukan berarti menjauhi manusia tujuan
dari mencintai diri sendiri .
Hidup yang terus berlanjut, sering
orang katakan “people come and go “.
Hari ini merasa dekat,suatu waktu
menjauh. Hari ini merasa berarti,suatu hari menjadi asing .
Filsuf Stoa Marcus Aureli mengatakan
“manusia itu fana”, orang yang menyadari kehidupan adalah fana lebih mengartikan kehidupan itu sendiri,tanpa
berlarut-larut kepergian manuisa itu dikemudian hari .
Punya teman yang dulu dekat sedekat
nadi, sekarang jauh sejauh mata memandang . menurutku pergantian antara
seseorang ke orang lainnya akan terus berlanjut, seolah perputarannya yang geometris.
Kamu berlabuh ke kota A misalnya, kamu menjumpai
teman baru, menjalin silaturahmi yang erat, tidak dipungkiri hubungan ini
dikemudian hari bisa menjadi asing karena kepentingan dunia masing-masing .
entah bagaimana , keadaan seperti inilah yang aku rasakan sampai hari ini .
Berteman tapi ya sekedar
kenal,menjalin hubungan erat ya tidak terlalu erat. begitulah adanya, proses dan alur kehidupan
yang sedang berlangsung, jangan terlalu bergantung pada orang lain. Bukan
berarti anti sosial ya, lebih ke sikap diri yang menyadari jika manusia punya
problematika dan kesibukan dunia nya masing-masing .
Balikl lagi ke kopi, dia akan
menjadi manis Ketika kamu menyukai dan benar-benar kamu nikmati. Kamu paham
akan dirimu sendiri, menjadi aware ke diri sendiri, berdamai dan memaafkan diri
sendiri .
Menyendiri .
Dunia yang 24 jam dalam sehari
semalam, informasi yang kamu terima , bermacam pola disatukan dalam satu kepala
. tidak ada salahnya menepi, mengasingkan diri , berbicara dengan diri sendiri,
apa yang dibutuhkan, masalah apa kamu anggap masalah apa benar itu masalah, beban pikiran yang segala
macam bentuk bisa kamu diskusikan dengan dirimu sendiri dikala sendiri .
Sepi sunyi dan menepi . tujuannya
bukan menyalahkan diri ya, atau overthinking yang berlebihan .
Menyadari dan mengontrol diri apa
saja yang tekah dilewati dan tujuan apa yang akan digapai.
Dalam suatu kisah Ketika maulana
(tuanku) sapaan orang terdekat buat jalaludin rumi , beliau difitnah dan di
asingkan, bahkan dianggap tidak waras, karena beberapa kali dia bersyair dan menari
dikota yang dia tempati .
Mengasingkan diri dari khalayak manusia, berdamai
dan memaafkan dirinya , menulis syair-syair kerinduan dalam kehidupannya.
Ketenangan bathiniyah memang harus dibangun saat ini .
Dulu orang khawatir soal ekonomi,
hari ini tak hanya itu saja, isu kesehatan mental menjadi persoalan yang masih
dianggap sebelah mata namun berdampak jangka panjang .
Orang beragama mengatakan kurang
dekat dengan tuhan, orang literatur mengatakan kurang ilmu, orang kaya
mengatakan sadar diri , orang miskin mengatakan kurang bersyukur .
Dalam Ilmu tasawuf menawarkan teori
keseimbangan antara nilai-nilai agama dan nilai-nilai peradaban modern dan
pengaruh sufisme masih persoalan ini.
Kekuatan spiritual
terimplementasikan dalam beribadah yang ikhlas, ketaatan yang tawaddhu’ dan
wara’, bertawakal, sabar atas musibah, mampu mendatangkan kesehatan mental
paripurna. Fenomena tersebut, dibutuhkannya kemampuan untuk menghadapi
kesulitan dan persoalan hidup sehingga tidak berlari ke arah yang negatif
seperti bunuh diri sebagai wujud keputusasaan.
menyadarakan apa yang terjadi, mendamaikan pikiran, sulit bukan berarti ga mungkin .
Kemarin
aku pintar, aku ingin mengubah dunia. Sekarang aku bijak, maka dari itu aku
mengubah diriku sendiri – Rumi
🤧 lagi merasakannya
BalasHapus