Filsafat
sejarah dari ajid thohir dan Ahmad Sahidin.
Filsafat
sejarah sering kali dipahami sebagai sesuatu yang rumit atau abstrak, karena
bukan lagi bicara sejarah sebagai narasi atau deskripsi, tetapi lebih mengarah
pada dimensi nalar argumentasi tentang dunia kesejarahan. Namun pada intinya
akan selalu membicarakan tentang tiga hal yang tidak bisa dipisahkan , yakni
pergulatan, dinamika antara manusia dalam ruang dan waktunya.
Ketiganya
(manusia, ruang , dan waktu) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
dalam kajian pemikiran filsafat sejarah maupun ilmu sejarah.
Ruang bisa
dipahami sebagai tempat atau lokasi dari sebuah peristiwa maupun cerita
sejarah, ia memiliki peran yang sangat kuat dalam membentuk, menimbulkan dan
memicu aktivitas manusia. Waktu adalah saat, situasi dan kronologi yang
menegaskan kapan dinamika terjadinya atau saat peristiwa sejarahnya terjadi.
Adapun tempat relatif akan mengalami kesamaan , meskipun oleh perubahan waktu
tempatnya juga sering kali mengalami beberapa perubahan bentuk dan sebagainya.
Manusia dalam
sejarah.
Manusia selalu
dilihat sebagai makhluk multidimensi : satu sisi sebagai makhluk individual dan
di sisi lain sebagai makhluk sosial, dan dalam dimensi yang sama ia juga
sebagai makhluk biologis dan makhluk spritual . seluruh potensi yang kompleks
ini , secara tidak langsung sangat memungkinkan terjadinya gerak sejarah yang
dinamis, baik secara pribadi dalam konteks psiologis, maupun dengan kepentingan
orang lain dalam konteks sebagai makhluk sosial serta dengan tuhan dlam
konteksnya sebagai makhluk spritual.
Apabila dikaji secara sistematis,
maka akan tampak struktur-struktur yang menaunginya, dan itulah sejarah sebagai
sebuah sistem .
Sebenarnya
identitas struktural ini selalu digarisbawahi oleh sejarawan besar. Mereka menunjukkan bahwa
manusia mempunyai sejarah karena manusia mempunyai kodrat dan karakter.
Itulah
pendirian para sejarawan Renains, seperti marchiavelli, dam banyak didukung
oleh para sejarawan modern hari ini.
Apa yang
disebut dengan “kesadaran historis” adalah hasil dari peradaban manusia modern
yang gagasan awalnya telah dikembangkan pada abad ke-14 Masehi oleh Ibn Khaldun
dalam kitab al-muqaddimah dari magnum opus karya berjudul Tarikh al-ibar wa
diwan al-mubtada wa al-khabar dengan pendekatan filsafat sejarah yang relatif
baru, yakni mencari aspek-aspek terdalam dari setiap fenomena sejarah manusia.
Sebelum tampil para tokoh sejarawan yunani, kesadaran itu belum muncul. Bahkan
para pemikir yunani belum mampu mengajuka analisis filsafat yang bercorak khas
pemikiran historis.
Komentar
Posting Komentar