Sejarah
singkat
Mesjid Jami’ air tiris Kab. Kampar Provinsi
Riau. Riau adalah daerah melayu yang memiliki ragam budaya yang sangat kental
dengan nuansa islami,di daerah ini ditemukan beberapa peninggalan sejarah dan
mempunyai nilai seni yang tinggi,juga menjadikan bukti peninggalan islam di
masa lalu,salah satunya adalah masjid yang merupakan sarana peribadatan
umat,sarana pendidikan,bahkan diskusi adat.
Sebelum
Masjid jami’ ini didirikan, masyarakat disana terlebih dahulu membangun pasar
pada tahun 1881,yang merupakan keSepakatan para tokoh ulama 22
kampung,karenanya untuk memudahkan dan juga menunjang perekonomian masyarakat
Air tiris.
Maka didirikanlah pasar terlebih dahulu.
Selang beberapa tahun kemudian ada seseorang tokoh dan juga ulama yang bernama
Engku Mudo Songkal keturunan tapanuli selatan , ibunya asli Kampar dan ayah
berdarah batak,sekian lama menimba ilmu di Sumatera Barat kemudian pulang dan
kembali ke kampung halaman ibunya yaitu ke Air tiris.
Ketika
waktu zuhur tiba beliau melihat tidak ada masjid didaerah tersebut,melihat
kondisi daerah sekitar tidak ada tempat untuk shalat, beliau mengajak
tokoh-tokoh dan juga pemuka agama yang berada di Air tiris, yang biasa dikenal
dengan istilah “Ninik Mamak Nan Dua Belas” yaitu para ninik-mamak dari berbagai
suku yang berada didalam kampung tersebut. Akhirnya semua masyarakat sepakat
dan siap bekerja sama.
Datuk engku mudo songkal mendapatkan ide
dengan mencontohkan masjid demak,dan semua masyarakat mulai begotong royong dan
bekerja sama, inipun terjadi pada tahun 1901 dan selesai 1904,artinya butuh
waktu 3 tahun membuat masjid jami’ tersebut. Yang unik dari masjid ini adalah
masjid ini dibangun tanpa memerlukan biaya sepersen pun,murni dari kekayaan
alam,dan kerja sama masyarakat Air tiris kala itu,dan juga yang menarik lagi
masjid ini didirkan tanpa menggunakan paku , Alhamdulillah masjid ini kokoh dan
berdiri indah hingga sekarang.
Dan juga ketika banjir setiap tahunnya masjid
ini aman dan selalu dilindungi dengan izin Allah subhanahu wata’ala,padahal
jika dilihat ketika banjir,rumah warga terendam banjir namun tidak dengan
masjid jami’ tersebut.
Dan juga mungkin karena keikhlasan masyarakat
mendirikan masjid ini penuh emosional dan rasa simpati yang tinggi untuk
kemaslahatan umat islam di daerah air tiris tentunya.
Nama
masjid jami’ sendiri di ambil dari bahasa arab yang artinya : masjid bersama,
milik bersama,namun ada nama lain dari masjid ini yaitu Keramat Batuah. kenapa
Keramat? Karena dulu ketika masa penjajahan Kolonial belanda mencoba membakar
masjid tersebut,menyiraminya dengan minyak namun tetap tidak bisa dibakar.
Kemudian
istilah Batuah,seperti cerita di atas bahwasanya setiap tahun daerah Kab.Kampar
dilanda banjir,rumah warga setempat tenggelam karena banjir,bahkan warga
setempat yakin air banjir tersebut seharusnya membanjiri masjid,ketika air
sampai didepan pintu masjid air tersebut selalu menyosor kebawah mengalir deras
kebawah masjid tanpa bisa memasuki masjid tersebut,dan ini kerap terjadi setiap
tahunnya,qadarullah masjid jami’ tidak dimasuki air,justru kebanyakan
masyarakat mengungsi ke masjid tersebut maka orang Kampar menyebutnya batuah.
Masjid
ini juga merupakan harapan umat islam yang selalu dijaga kelestariannya,baik
masyarakat setempat atau para wisatawan,dan tetap menjaga keberagaman daerah
air tiris agar terus dirasakan dari generasi ke generasi nantinya.
Sumber : pengurus masjid jami’ Bpk. Amirudin khotib.
Komentar
Posting Komentar